Di awal, saya dan murid-murid
selalu berkenalan dari satu kelas ke kelas lain sambil membahas kelas kontrak
untuk mnyepakati larangan apa yang mereka buat saat di kelas. Ternyata mereka humble, cheers, kocak, dan segala sifat-sifat mereka di luar dugaan saya
kepada anak SMK yang terkenal urak”an. Hanya ada satu atau dua anak saja yang
suka bolos dan hal itu ditangani sendiri oleh guru BK yang bersangkutan. Tapi
ada satu hal yang perlu digarisbawahi ketika mengajar mereka. Yakni ketika mereka
bergurau sungguh kelewat batas. Bukan hanya saat bersama teman sebaya mereka
saja, tapi hal ini juga mereka aplikasikan ke dalam kelas pelajaran. Termasuk dalam pelajaran bahasa inggris yang
saya ajarkan.
Untuk masalah bergurau, memang
saya juga menyukainya. Terlebih bersama mereka yang membuat perut saya terkoyak
cekikikan. Pernah suatu ketika saya Mereka terkadang lebay dan terlihat caper,
maklum saja mereka minim mempunyai guru perempuan.
Sebelum pelajaran bahasa inggris
dimulai, saya selalu memberikan ice breaker kepada siswa agar terbangun suasana
kelas yang santai dan menyenangkan. Dan kali ini kita bermain whispering words yakni teman yang di
depan melihat kata yang sudah saya siapkan untuk membisikkan kepada teman yang persis
dibelakangnya. Teman yang paling belakang menulis kata yang diperoleh dari
bisakan di papan tulis. Tapi apa yang terjadi? Diluar dugaan saya. Sebuah
kata RENDEZVOUS menjadi kata IWAK PEYEK. Parahnya setelah dia menulis, mereka
menyanyikan lagu dangdut tersebut secara serentak. Maklum saja lagu tersebut
begitu populer kala itu. Satu kelas menjadi sebuah karaoke yang telah disulap. Saya
hanya bisa tersenyum sambil mengelus dada. Kemudian saya tak patah semangat
untuk melanjutkan pelajaran. Apa yang saya dapatkan? Mereka tetap bermain
dengan teman di sekitar bangkunya. Entahlah apa yang mereka bahas. Setelah saya
menyiapkan materi pembelajaran melalui LCD, saya menemui bangku mereka satu
persatu. Satu bangku sudah saya temui, bangku yang lain masih berkicau. Dilanjutkan
bangku pojok dan bangku yang lain. Kesal aku dibuat mereka. Kali ini saya tetap
melanjutkan materi dan hanya fokus kepada murid-murid yang serius mau belajar
dengan sungguh-sungguh. Biarkan saja mereka berkicau asalkan tidak mengganggu
temannya yang belajar. Dimanapun saya
berada, sungguh sedih dan kepikiran dengan kondisi kelas iwak peyek tadi. Saya terus memikirkan hal-hal
yang bisa mengubah pembelajarn yang cocok buat mereka.
When students feel respected, supported,
appreciated and valued,
learning comes much more easily.
(Michelle
McFarland-McDaniels)
Berbagai pendekatan saya
terapkan. Termasuk Positive Learning Environment. Dimulai dari personal
approach. Saya mengorbakan 2 jam pelajaran dan waktu-waktu luang untuk sekedar
berkumpul, bercerita, bercanda dengan mereka. Fortunately, mereka sangat
terbuka dan obrolan kami dari A sampai Z juga nyambung. Kebetulan sifat mereka
juga seperti sahabat-sahabat saya sendiri. Umur saya dengan mereka juga tidak
terpaut panjang, sekitar 4-5 tahun saja. Dari situ mereka sering curhat di
media social (FB) dan meminta solusi atas masalah yang mereka hadapi. Saya berusaha
membantunya semaksimal mungkin. Sering juga saya memotivasi memberikan dukungan
akan hal-hal positif yang mereka lakukan seperti mengikuti lomba otomotif
hingga memberikan solusi atas masalah pacarnya yang suka selingkuh yang membuat
mereka galau. Maklum abg labil. Hehhehe.
Seminggu saya bersahabat dengan mereka
di dunia maya maupun nyata membuat kondisi kelas berubah. Mereka menjadi serius
saat proses pembelajaran berlangsung. Mungkin mereka ada rasa malu karena
sebelumnya kita sudah terbuka. Alhasil mereka bersaing positif misalnya dalam
mengumpulkan tugas dan menjawab kuis yang selalu saya buat di kelas. Saya pun
selalu memberikan apresiasi atau reward agar mereka selalu bertambah
motivasinya untuk belajar dan belajar. Inilah pengalaman baru yang saya dapat,
betapa pentingnya lingkungan pembelajaran yang positif, karena peran guru bukan
hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran saja.
Benar apa yang dikatakan oleh
Bapak Riyadi, selaku Guru pamong saya waktu PPL disitu. Beliau berkata “Jika
kamu bisa handle siswa-siswa disini,
maka kamu bisa merengkuh segala jenis murid di sekolah manapun”. Beliau selalu
memberikan semangat kepada saya agar tidak patah semangat untuk mengajar. Hingga
terciptalah sebuah goresan sederhana dari beliau untuk saya.
Sepotong sajak untuk mahasiswi PPL
Anakku,
Sekian pekan terlampaui
Kau guratkan langkah pasti
Meniti satu persatu aksara di papan
putih yang terpampang disana
Dengan lantang berucap
Terangkan apa yang kau tahu
Sementara …
Sekelompok bocah ingusan tajam menatap
Sembari lontarkan canda-canda
kampungan
Sesekali terdengar keprokan
tangan-tengan kecil memecah hening di ruang itu
Tabahkan hatimu, anakku
Melihat realita masa kini
Dimana potret pribadi semakin luntur
Terseret peradaban orang seberang
Yang coba porandakan budaya kita
Ya Allah …
Limpahkanlah welas-Mu pada anak-anakku
Yang sedang menuntut ilmu
Ntuk bekal hidup nanti
Written by :
Riyadi Maryanto
Hingga tiba saatnya tugas PPL II selesai.
Kini canda berganti menjadi tangis. Saatnya melambaikan tangan kepada mereka. Hal
yang mengagetkan adalah ketika guru pamong PPL saya memberitahukan bahwa
murid-murid meminta saya untuk mengajar mereka lagi dan seterusnya. Sebetulnya saya
tak dapat menolaknya, tapi perkuliahan saya masih berlangsung. Jadi mereka
hanya bisa bertemu saya di dunia maya saja. Satu hal yang harus mereka
pertahankan. Jangan melunturkan semangat belajar!
http://images.cpcache.com/merchandise/514_400x400_Peel.jpg?region=name:FrontCenter,id:29080012,w:16
Tulisan ini diikutsertakan dalam
Terima kasih telah berbagi pengalaman mengajarnya mbak. Ditunggu pengumumannya yak :)
BalasHapuspengalaman yang sangat berharga. selalu semangat dalam mengajar akan memberi "roh" terhadap pelajaran yang kita berikan. semoga sukses..
BalasHapus